MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN JAHE
Media pembelajaran menggunakan alam contohnya dengan
siswa menanam jahe.
Jahe adalah salah satu tumbuhan yang sangat
bermanfaat.
Pengertian jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah
tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan
pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan
oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi,
dari Bahasa Sanskerta,
singaberi.Macam-macam jahe :
1. Jahe gajah/jahe badak
Merupakan
jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan
rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.
2. Jahe kuning
Merupakan
jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal.
Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.
3. Jahe merah
Jahe
jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas,
sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling
kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar dibanding jahe biasa.
Siswa membuat kreasi minuman jahe
sebagai pengaplikasian teknologi sederhana.
Selama kegiatan,
ingatkan siswa untuk dapat bekerja dengan tertib dan bekerja sama
dengan teman dalam kelompoknya.
Guru juga dapat membahas tentang
pekerjaan yang biasa meminum wedang jahe dan juga
manfaat jahe bagi kesehatan.
Menanam Jahe Dalam Karung (sistem”bag culture”) dengan media yang
remah ini bisa dilakukan karena beberapa alasan. Pertama karena kita tidak
punya lahan yang bagus untuk menanam, alasan kedua lebih kepada peningkatan
hasil dan benih yang sehat, bebas dari penyakit seperti layu bakteri yang
sering menjadi kendala dalam budidaya tanaman. Teknik ini telah dilakukan oleh
peneliti Hepperly dkk di Hawai sejak 2004. Budidaya jahe dengan cara ini sedang
dikembangkan oleh UPBS Balittro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat).
Beberapa petani di Banjarnegara dan Brebes Jawa Tengah juga telah melaksanakan
teknik budidaya ini.
Sebagai
contoh Kelompok Tani Jahe Organik Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten
Brebes membudidayakan pertanaman jahe dalam karung ukuran 40 x 100 cm dengan
media tanam bokasi dari bahan limbah pabrik penggergajian kayu. Benih disemai
terlebih dahulu dengan cara dihamparkan atau diangin-anginkan. Media tanam
(bokashi + pasir ladu) dimasukan kedalam karung sebanyak 20% dari volume
karung.
Benih ditanam masing-masing 250 g/karung. Karung ditata dengan 5 jumlah baris dalam kolom. Kurang lebih setiap 15 hari sekali, petani menambahkan media bokashi ke dalam karung agar rimpang yang terlihat dapat tertutupi. Yang unik dalam sistem budidaya ini serta diperlukan penelitian lanjut, petani tidak menambahkan pupuk anorganik dalam pertanaman jahe dan melakukan pemangkasan tanaman.
Pemangkasan dilakukan saat tanaman mencapai dua bulan pada 5 – 10 cm dari pangkal rimpang. Pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada rimpang. Setelah karung-karung berisi tanaman yang sudah dipangkas, tanaman dibiarkan hingga muncul tunas-tunas tanaman baru dari dalam rimpang.
Salah satu tantangan dalam teknik budidaya ini, diperlukan penanganan intensif pada tanaman mulai dari penanganan bokasi untuk media tanam, irigasi, kegiatan pemangkasan, dan penambahan media secara rutin. Jika teknik budidaya ini dapat berhasil dan sesuai dengan harapan yang diinginkan, akan tercipta efisiensi penggunaan lahan sebesar 90% dari budidaya konvensional.
Hal ini setara dengan membudidayakan 1000 karung (1000 m2) dengan budidaya konvensional satu hektar. Efisiensi yang lain adalah penggunaan benih tanaman, serta dapat diarahkan untuk budidaya organik dengan mengadopsi teknologi-teknologi yang telah dihasilkan.
Bila digunakan untuk menghasilkan benih, dapat menjadi sumber benih yang sehat dan dengan kondisi yang terkontrol, produksi jahe dapat ditargetkan sesuai dengan permintaan.
Benih ditanam masing-masing 250 g/karung. Karung ditata dengan 5 jumlah baris dalam kolom. Kurang lebih setiap 15 hari sekali, petani menambahkan media bokashi ke dalam karung agar rimpang yang terlihat dapat tertutupi. Yang unik dalam sistem budidaya ini serta diperlukan penelitian lanjut, petani tidak menambahkan pupuk anorganik dalam pertanaman jahe dan melakukan pemangkasan tanaman.
Pemangkasan dilakukan saat tanaman mencapai dua bulan pada 5 – 10 cm dari pangkal rimpang. Pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada rimpang. Setelah karung-karung berisi tanaman yang sudah dipangkas, tanaman dibiarkan hingga muncul tunas-tunas tanaman baru dari dalam rimpang.
Salah satu tantangan dalam teknik budidaya ini, diperlukan penanganan intensif pada tanaman mulai dari penanganan bokasi untuk media tanam, irigasi, kegiatan pemangkasan, dan penambahan media secara rutin. Jika teknik budidaya ini dapat berhasil dan sesuai dengan harapan yang diinginkan, akan tercipta efisiensi penggunaan lahan sebesar 90% dari budidaya konvensional.
Hal ini setara dengan membudidayakan 1000 karung (1000 m2) dengan budidaya konvensional satu hektar. Efisiensi yang lain adalah penggunaan benih tanaman, serta dapat diarahkan untuk budidaya organik dengan mengadopsi teknologi-teknologi yang telah dihasilkan.
Bila digunakan untuk menghasilkan benih, dapat menjadi sumber benih yang sehat dan dengan kondisi yang terkontrol, produksi jahe dapat ditargetkan sesuai dengan permintaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar